FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEBARAN MAKHLUK HIDUP
KELOMPOK 2
-Astrid Allisha
-Ilham Abdillah
-M Riki Hidayat
-Regina Ramda
-Zaky Abdulah
Kelas: XI IPA 5
SMAN 1 Bandung
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEBARAN MAKHLUK HIDUP
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberadan flora dan fauna
di muka bumi diantaranya ialah faktor peristiwa grasial-intergrasial, faktor
klimatik (iklim), edafik (tanah), biotik (makhluk hidup), dan seleksi alam.
A. Faktor Peristiwa
Grasial-Intergrasial
Zaman es adalah
suatu waktu di mana suhu iklim bumi turun menyebabkan peningkatan jumlah
pembentukan es di kutub dan gletser gunung.
Definisi
Zaman es adalah waktu suhu menurun dalam jangka masa yang lama dalam iklim bumi, menyebabkan peningkatan dalam keluasan es di kawasan kutub dan gletser gunung. Secara geologis, zaman es sering digunakan untuk merujuk kepada waktu lapisan es di belahan bumi utara dan selatan; dengan denifisi ini kita masih dalam zaman es. Secara awam, dan untuk waktu 4 juta tahun kebelakangan, definisi zaman es digunakan untuk merujuk kepada waktu yang lebih dingin dengan tutupan es yang luas di seluruh benua Amerika Utara dan Eropa.
Definisi
Zaman es adalah waktu suhu menurun dalam jangka masa yang lama dalam iklim bumi, menyebabkan peningkatan dalam keluasan es di kawasan kutub dan gletser gunung. Secara geologis, zaman es sering digunakan untuk merujuk kepada waktu lapisan es di belahan bumi utara dan selatan; dengan denifisi ini kita masih dalam zaman es. Secara awam, dan untuk waktu 4 juta tahun kebelakangan, definisi zaman es digunakan untuk merujuk kepada waktu yang lebih dingin dengan tutupan es yang luas di seluruh benua Amerika Utara dan Eropa.
Penyebab terjadinya
zaman es salah satunya adalah akibat terjadinya proses pendinginan aerosol
yang sering menimpa planet bumi. Letusan gunung Krakatau adalah salah satu
contohnya dalam skala kecil sedangkan salah satu teori kepunahan dinosaurus
(tumbukan Chicxulub) adalah salah satu contoh skala besar.
Zaman Es Terakhir
Dari segi pandang sudut di atas, zaman es terakhir dimulai sekitar 20.000 tahun yang lalu dan berakhir kira-kira 10.000 tahun lalu atau pada awal kala Holocene (akhir Pleistocene). Proses pelelehan es di zaman ini berlangsung relatif lama dan beberapa ahli membuktikan proses ini berakhir sekitar 6.000 tahun yang lalu.
Zaman Es Terakhir
Dari segi pandang sudut di atas, zaman es terakhir dimulai sekitar 20.000 tahun yang lalu dan berakhir kira-kira 10.000 tahun lalu atau pada awal kala Holocene (akhir Pleistocene). Proses pelelehan es di zaman ini berlangsung relatif lama dan beberapa ahli membuktikan proses ini berakhir sekitar 6.000 tahun yang lalu.
Zaman Es di Nusantara
Ketika zaman es, pemukaan air laut jauh lebih rendah daripada sekarang, karena banyak air yang membeku di daerah kutub. Kala itu Laut China Selatan kering, sehingga kepulauan Nusantara barat tergabung dengan daratan Asia Tenggara. Sementara itu pulau Papua juga tergabung dengan benua Australia. Setelah peristiwa pelelehan es tersebut, gelombang migrasi manusia ke Nusantara mulai terjadi.
Dari teori ini pun kami berpendapat bahwa sebenarnya ada sejumlah mahluk hidup yang sejenis yang tinggal pada satu tempat yang sama pada jaman es. Saat es mencair dan daratan terpencar dan didukung peristiwa – peristiwa alam lainnya, kami berpendapat bahwa flora atau fauna yang bersatu tadi menjadi terpisah di daerah yang berbeda, contonya kemiripan pada gajah Sumatera dan Gajah di Thailand, karena meletusnya Gunung Krakatau, gajah itu pun terpencar.
Ini juga dibuktikan dengan wilayah Indonesia yang menjadi tiga bagian berdasarkan jenis hewannya, barat, peralihan, dan timur. Dimana, pada setiap bagian memiliki hewan-hewan dengan ciri-ciri yang khusus terutama pada bagian fisiknya.
Ketika zaman es, pemukaan air laut jauh lebih rendah daripada sekarang, karena banyak air yang membeku di daerah kutub. Kala itu Laut China Selatan kering, sehingga kepulauan Nusantara barat tergabung dengan daratan Asia Tenggara. Sementara itu pulau Papua juga tergabung dengan benua Australia. Setelah peristiwa pelelehan es tersebut, gelombang migrasi manusia ke Nusantara mulai terjadi.
Dari teori ini pun kami berpendapat bahwa sebenarnya ada sejumlah mahluk hidup yang sejenis yang tinggal pada satu tempat yang sama pada jaman es. Saat es mencair dan daratan terpencar dan didukung peristiwa – peristiwa alam lainnya, kami berpendapat bahwa flora atau fauna yang bersatu tadi menjadi terpisah di daerah yang berbeda, contonya kemiripan pada gajah Sumatera dan Gajah di Thailand, karena meletusnya Gunung Krakatau, gajah itu pun terpencar.
Ini juga dibuktikan dengan wilayah Indonesia yang menjadi tiga bagian berdasarkan jenis hewannya, barat, peralihan, dan timur. Dimana, pada setiap bagian memiliki hewan-hewan dengan ciri-ciri yang khusus terutama pada bagian fisiknya.
Keanekaragaman dan perbedaan fauna di Indonesia dipengaruhi
oleh keadaan alam, gerakan hewan dan rintangan alam. Fauna atau dunia hewan di
Indonesia digolongkan menjadi tiga kelompok berdasarkan pengelompokan oleh
Alfred Russel Wallace dan Max Wilhelm Carl Weber. Secara ringkas tiga kelompok
fauna di Indonesia adalah ebagai berikut :
- Fauna tipe Asiatis, menempati
bagian barat Indonesia sampai Selat Makasar dan Selat Lombok. Di daerah
ini terdapat berbagai jenis hewan menyusui yang besar seperti gajah,
harimau, badak, beruang, orang utan.
- Fauna tipe Australis, menempati
bagian timur Indonesia, meliputi Papua dan pulau-pulau sekitarnya. Di
daerah ini terdapat jenis hewan seperti kangguru, burung kasuari,
cendrawasih, kakaktua.
- Fauna Peralihan dan asli,
terdapat di bagian tengah Indonesia, meliputi Sulawesi dan daerah Nusa
Tenggara. Di daerah ini terdapat jenis hewan seperti kera, kuskus, babi
rusa, anoa dan burung maleo.
- Faktor Klimatik
(Iklim)
Faktor-faktor iklim
yang berpengaruh terhadap persebaran flora dan fauna yaitu suhu, kelembaban
udara, angin, dan curah hujan
- Suhu
Sumber panas bagi seluruh permukaan bumi berasal dari
radiasi matahari secara langsung maupun tidak langsung. Radiasi matahari ke
bumi dipancarkan secara merata, akan tetapi karena perbedaan lintang, derajat
keawanan, ketinggian dan albedo maka suhunya akan berbeda-beda disetiap tempat.
Sehubungan dengan itu biasanya tumbuhan dan hewan beradaptasi terhadap suhu
lingkungan fisiknya, sehingga hanya daerah dengan suhu yang sangat tinggi dan
sangat rendah saja yang tidak dapat didiami oleh makluk hidup secara permanen.
Akibat perbedaan-perbedaan ini beberapa jenis tumbuhan dan hewan telah berhasil
beradaptasi dengan lingkungan tropis yang lembab, dan lainnya beradaptasi
dengan lingkungan dingin dan kering atau lingkungan panas dan
kering.
Bagi tumbuhan yang berkembang di daerah tropis, diperlukan
variasi suhu untuk proses perkembangbiakan, berbunga, berbuah, dan untuk tumbuh
daun-daun baru. Begitu pula tumbuhan didaerah dingin dan kering, memerlukan
pola cuaca yang bervariasi untuk melangsungkan serangkaian proses
regenerasinya. Berdasarkan faktor suhu, maka kita mengenal dua kelompok
vegetasi, yaitu :
1. Kelompok
vegetasi annual
yaitu kelompok tumbuhan yang hanya berkembang pada saat-saat tertentu saja
terutama pada musim panas. Sedangkan dimusim dingin, tumbuhan jenis ini tidur
karena berada dibawah lapisan es yang ketebalannya bervariasi. Umumnya tumbuhan
annual adalah tumbuhan kecil atau bunga-bungaan di daerah beriklim
dingin.
2. Kelompok
vegetasi perennial
yaitu kelompok tumbuhan yang mempunyai mekanisme
melindungi diri dari suhu yang sangat rendah di musim dingin secara bergantian,
sehingga dapat berkembang terus-menerus. Kemampuan inilah menyebabkan kelompok
vegetasi perennial dapat berumur lebih dari satu tahun.
- Kelembaban Udara
Kelembaban udara menunjukkan banyaknya uap
air yang terkandung dalam udara. Zat hara penting akan diserap oleh akar
tumbuhan dengan bantuan air. Air juga sangat berperan dalam reaksi pembentukan
bahan organik bagi tumbuhan. Begitu pula bagi manusia dan hewan, air merupakan
kebutuhan yang sangat penting.
Berdasarkan tingkat adaptasi terhadap kelembaban lingkungannya, dunia tumbuhan dibedakan menjadi empat yaitu :
Berdasarkan tingkat adaptasi terhadap kelembaban lingkungannya, dunia tumbuhan dibedakan menjadi empat yaitu :
1.
Xerofit
Berasal dari kata xero yang artinya kering
dan phytos yang berarti tumbuhan. Jadi xerofit merupakan kelompok tumbuhan yang
dapat beradaptasi dengan lingkungan yang kekurangan air atau kering. Daerah
persebarannya terutama dikawasan gurun ( kawasan arid ). Contohnya
kaktus.
2.
Hidrofit
berasal dari kata hydros yang artinya basah
atau berair. Jadi hidrofit adalah kelompok tumbuhan yang khusus beradaptasi
pada lingkungan yang berair atau basah. Ciri khas vegetasi ini adalah cenderung
mempunyai sistem perakaran yang dangkal, namun daunnya lebar-lebar dengan ruang
renik ( stomata ), mempunyai lapisan-lapisan kulit luar dan daun-daunnya mengarah
kearah datangnya sinar matahari. Contohnya teratai, enceng gondok, paku-pakuan,
selada air, kangkung dan sebagainya.
3.
Mesofit
berasal dari kata meso yang artinya antara
atau pertengahan. Jadimesofit merupakan kelompok vegetasi yang hidup pada
daerah-daerah lembab tetapi tidak sampai tergenang air. Tumbuhan kelompok ini
banyak terdapat di daerah lintang rendah ( tropis ) dengan curah hujan yang
tinggi dan relatif merata sepanjang tahun, Contohnya anggrek dan beberapa jenis
jamur
4.
Tropofit
yaitu
kelompok tumbuh-tumbuhan yang mampu beradaptasi pada lingkungan dengan kondisi
yang berubah-ubah ( menguntungkan dan tidak menguntungkan ) . Vegetasi kelompok
ini dapat hidup dengan perubahan musim yang jelas yaitu musim panas dan musim
dingin. Pada umumnya tumbuhan tropofit berupa tumbuhan yang besar-besar,
berdaun lebat dengan cabang-cabang yang banyak dan dikategorikan sebagai
belukar atau pohon-pohon. Berdasarkan ciri tersebut, maka kelompok vegetasi ini
merupakan vegetasi khas daerah tropis.
- Sinar Matahari
Tumbuh-tumbuhan menggunakan sinar matahari
sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis. Energi ini khususnya
dipergunakan untuk mengubah karbondioksida (CO2 ) dan air menjadi glukosa
dengan membentuk oksigen ( O2) di atmosfer sebagai hasil lainnya. Dengan
demikian sinar matahari yang sampai kepermukaan bumi merupakan sumber energi
bagi tumbuh-tumbuhan dalam rangka melangsungkan kehidupannya.
- Curah hujan
Air merupakan kebutuhan penting bagi
keberlangsungan flora dan fauna. Bagi lingkungan kehidupan darat, sumber air
untuk memenuhi kebutuhan organisme terutama berasal dari hujan atau bentuk
presipatasi lainnya. Perbedaan curah hujan tiap-tiap wilayah permukaan bumi
menghasilkan karakteristik vegetasi dan juga menyebabkan perbedaan jenis hewan
yang mendiaminya. Hal ini disebabkan tumbuh-tumbuhan merupakan produsen yang
menyediakan sumber makanan bagi hewan.
- Angin
Bagi tumbuhan angin berfungsi untuk
membentuk CO2 dan memindahkan uap air dan kelembaban dari suatu tempat ke
tempat yang lain. Angin juga sangat berperan dalam proses penyerbukan dan
penyebaran biji-bijian yang akan menjadi tumbuhan baru.
- Faktor
Edafik (Tanah)
Sebagai media tumbuh dan berkembangnya
tanaman, tingkat kesuburan tanah berpengaruh terhadap persebaran tumbuhan. Faktor
tanah disebut pula faktor edafik yang berasal dari kata edapos yang artinya
tanah atau lapangan. Melihat pola persebaran vegetasi dengan faktor edafik
berarti meninjau tanah dari sudut tumbuhan atau kemampuan meumbuhkan vegetasi.
Faktor fisik dan kimiawi tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman abtara
lain tekstur, struktur, dan keasaman tanah. Keadaan struktur tanah berpengaruh
terhadap sirkulasi udara di dalam tanah sehingga memungkinkan akar tanaman
dapat bernafas dengan baik. Keadaan tekstur tanah berpengaruh pada daya serap
tanah terhadap air. Suhu tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan akar serta
kondisi air di dalam tanah. Komposisi tanah umumnya terdiri dari bahan mineral
anorganik (70%-90%), bahan organik (1%-15%), udara dan air (0-9%). Hal-hal di
atas menunjukkan betapa pentingnya faktor tanah bagi pertumbuhan tanaman.
Perbedaan jenis tanah menyebabkan perbedaan jenis dan keanekaragaman tumbuhan
yang dapat hidup di suatu wilayah
1. Tekstur
tanah.
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif
berbagai partikel tanah dalam suatu massa tanah terutama perbandingan antara
pasir, debu dan lempung. Tekstur tanah sangat penting dalam kaitannya dengan
kapasitas menampung air dan udara tanah. Tanah dengan proporsi partikel
–partikel yang lebih besar dapat mempunyai tata air yang baik. Tanah yang halus
biasanya memiliki potidak tersebar merata. Selain itu alirannya juga sangat
lambat sehingga tidak menguntungkan bagi tumbuh-tumbuhan.
2. Struktur
tanah
Struktur tanah adalah susunan atau
pengikatan butir-butir tanah dan membentuk agregat tanah dalam berbagai
kemantapan bentuk dan ukuran. Struktur tanah menyebabkan perbedaan tingkat kemampuan tanah dalam meloloskan air (
porositas ) dan besar pori-pori antara butir-butir tanah ( permeabilitas ).
Porositas dan permeabilitas mempengaruhi penyaluran air, unsur hara dan udara
keseluruh bagian tanah.
3. Keasaman
tanah
Kesuburan tanah sangat dipengaruhi oleh
proses-proses kimia dan pertukaran unsur kimia antar tumbuhan. Tumbuhan tidak
mampu menyerap unsur-unsur hara tanpa diubah dalam bentuk cairan. Jika keasaman
tanah berkurang sampai beberapa tingkat, maka air akan mempunyai kemampuan yang
kecil dalam menahan mineral-mineral untuk diubah menjadi unsur-unsur hara.
Akibatnya sekalipun unsur-unsur hara ada di dalam tanah tumbuhan tidak mungkin
hidup dengan baik disana.
4. Faktor
Topografi (Relief)
Faktor topografi meliputi ketinggian dan
kemiringan lahan. Ketinggian suatu tempat erat kaitannya dengan perbedaan suhu
yang akhirnya menyebabkan pula perbedaan kelengasan udara. Diantara daerah yang
mempunyai ketinggian yang berbeda, akan ditumbuhi oleh vegetasi yang jenisnya
berbeda pula karena vegetasi tumbuhan maupun hewan mempunyai tingkat adaptasi
yang berlainan. Oleh sebab itu kita mengenal jenis-jenis tumbuhan dan hewan
yang khas untuk daerah-daerah dengan ketinggian tertentu.
Faktor topografi yang lain adalah kemiringan
permukaan tanah. Permukaan tanah yang miring menyebabkan air cepat menyusuri
lereng. Semakin terjal permukaan semakin besar kekuatan air mengikis permukaan
tanah yang subur, sehingga ketebalan tanah menjadi berkurang. Biasanya tanah
yang miring setiap unitnya mempunyai jumlah flora dan fauna lebih sedikit dari
pada tanah yang relatif rata. Hal ini disebabkan oleh cadangan air cepat hilang
karena bergerak kebawah secara cepat.
Berikut
adalah jenis-jenis tanah yang ada di Indonesia :
1.
Tanah Alluvial (tanah endapan)
Tanah Alluvial adalah tanah yang terbentuk
dari hasil pengendapan lumpur sungai yang terdapat di dataran rendah. Tanah ini
tergolong sangat subut dan baik untuk daerah pertanian padi.
2.
Tanah Vulkanik (tanah gunung api)
Tanah vulkanik adalah tanah yang terbentuk
dari hasil material letusan gunung api yang telah mengalami pelapukan. Tanah
vulkanik merupakan tanah yang sangat subur karena banyak mengandung unsur hara
yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng
gunung api.
3.
Tanah Organosol (tanah gambut)
Tanah gambut adalah tanah yang terbentuk
dari pengendapan bahan-bahan organik terutama pembusukan tumbuhan rawa-rawa.
Tanahnya kurang subur. Jenis tanah ini banyak terdapat di daerah rawa-rawa
Sumatera, Kalimantan dan Papua.
4.
Tanah Humus
Tanah humus dari pelapukan tumbuh-tumbuhan
terutama di daerah hutan yang masih lebat, dan sifat tanah ini sangat subur.
5.
Tanah Podzolit
Tanah podzolit adalah tanah yang terbentuk
di daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan suhu udara rendah.Di Indonesia
jenis tanah ini terdapat di daerah pegunungan. Tanah podzolit tergolong subur.
6.
Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah yang terbentuk
unsur-unsur hara yang ada di dalam tanah telah hilang, larut oleh curah hujan
yang tinggi. Tanahnya tidak subur, banyak terdapat di Kalimantan Barat,
Lampung, dan Sulawesi Tenggara.
7.
Tanah Pasir
Tanah pasir terbentuk dari pelapukan batuan
beku dan batuan sedi- men. Ciri tanah pasir ialah berkerikil dan butirannya
kasar. Tanahnya tidak subur, sehingga kurang baik untuk pertanian.
8.
Tanah Mediteran (tanah kapur)
Tanah mediteran adalah tanah yang
terbentuk dari pelapukan batuan kapur. Tanahnya tidak subur, akan tetapi cocok
untuk tanaman jati. Jenis tanah ini terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara dan Maluku
- Faktor
Biotik (Manusia, Hewan, dan Tumbuhan)
a.
Flora
dan Fauna
Tumbuh-tumbuhan yang hidup di suatu tempat
ada yang tumbuh secara alami dan juga ada yang sengaja dibudidayakan oleh
manusia. Flora atau dunia tumbuhan di berbagai tempat di dunia pasti
berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
Iklim,
Jenis tanah,
Relief atau tinggi rendah permukaan bumi, Biotik (pengaruh makhluk hidup).
Jenis tanah,
Relief atau tinggi rendah permukaan bumi, Biotik (pengaruh makhluk hidup).
Adanya faktor-faktor tesebut, mempengaruhi
keanekaragaman jenis tumbuh-tumbuhan. Iklim memiliki pengaruh yang sangat besar
terutama suhu udara dan curah hujan. Daerah yang curah hujannya tinggi memiliki
hutan yang lebat dan jenis tanaman lebih bervariasi, misalnya: di Pulau
Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan daerah yang curah hujannya relatif kurang
tidak memiliki hutan yang lebat seperti di Nusa Tenggara. Daerah ini banyak di
tumbuhi semak belukar dengan padang rumput yang luas.
Suhu udara juga mempengaruhi tanaman yang
dapat hidup di suatu tempat. Pembagian berdasarkan Junghuhn telah membuat
zonasi (pembatasan wilayah) tumbuh- tumbuhan di Indonesia sebagai berikut :
• Daerah panas (0 – 650 meter), tumbuhan
yang cocok di daerah ini adalah kelapa, padi, jagung, tebu, karet.
• Daerah sedang ( 650 – 1500 meter),
tumbuhan yang cocok di daerah ini adalah kopi, tembakau, teh,
sayuran.
• Daerah sejuk ( 1500 – 2500 meter),
tumbuhan yang cocok di daerah ini adalah teh, sayuran, kina, pinus.
• Daerah dingin (di atas 2500 meter) tidak
ada tanaman budidaya
Beberapa jenis flora di Indonesia yang
dipengaruhi oleh iklim antara lain sebagai berikut :
• Hutan Musim, terdapat di daerah Indonesia
yang memiliki suhu udara tinggi dan memiliki perbedaan kondisi tumbuhan di
musim hujan dan musim kemarau. Pada musim kemarau pohonnya akan meranggas dan
pada musim hujan akan tumbuh hijau kembali. Contoh hutan musim ialah hutan jati
dan kapuk randu. Hutan musim banyak terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
• Hutan Hujan Tropis, terdapat di daerah
yang curah hujannya tinggi. Indonesia beriklim tropis dan dilalui garis
khatulistiwa sehingga Indonesia banyak memperoleh sinar matahari sepanjang
tahun, curah hujan tinggi dan temperatur udara tinggi. Di Indonesia hutan hujan
tropis terdapat di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
• Sabana, terdapat di daerah yang curah
hujannya sedikit. Sabana berupa padang rumput yang diselingi pepohonan yang
bergerombol. Sabana terdapat di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
• Steppa, adalah padang rumput yang sangat
luas. Steppa terdapat di daerah yang curah hujannya sangat sedikit atau rendah.
Stepa terda- dapat di Nusa Tenggara Timur, baik untuk peternakan.
• Hutan Bakau atau Mangrove, adalah hutan
yang tumbuh di pantai yang berlumpur. Hutan bakau banyak terdapat di pantai
Papua, Sumatera bagian timur, Kalimantan Barat dan Kalimantan
Selatan.
Jadi bila suatu tumbuh-tumbuhan habis maka
makhluk hidup lain seperti manusia dan hewan akan berpidah tempat, karena
sumber utama makanan mereka tidak ada. Dan untuk bertahan hidup maka makhluk
hidup lainnya berpindah dan mencari tempat yang lain. Tumbuh-tumbuhan adalah
siklus makanan yang paling bawah dan sangat mempengaruhi perkembangan hidup
makhluk lain.
2. Fauna
Persebaran hewan di muka bumi ini didasarkan
oleh faktor fisiografik, iklim dan biotik yang berbeda antara wilayah yang satu
dengan lainnya, sehingga akhirnya menyebabkan perbedaan jenis hewan di suatu
wilayah.
Dari sedikit keterangan di atas, maka tedapat pembagian Peta Wilayah Penyebaran Tumbuhan dan Hewan, Garis Wallace dan Weber, serta Enam Daerah Penyebaran Biotik di Dunia.
Dari sedikit keterangan di atas, maka tedapat pembagian Peta Wilayah Penyebaran Tumbuhan dan Hewan, Garis Wallace dan Weber, serta Enam Daerah Penyebaran Biotik di Dunia.
Garis Wallace dan Weber adalah garis khayal
yang dibuat sebagai garis pemisah antara tumbuhan dan hewan Asiatis/Oriental
dengan Australis. Garis ini dibuat oleh ahli ilmu alam yang bernama Alfred
Wallace dari Inggris dan Weber dari Jerman. Dari pembuatan garis Wallace dan
Weber tersebut, maka di Kepulauan Indonesia terdapat tiga golongan tumbuhan dan
hewan. Yang pertama, yaitu Asiatis/Oriental yang berada di sebelah barat garis
Wallace. Yang kedua, yaitu peralihan yang berada diantara garis Wallace dengan
Weber. Yang ketiga, yaitu golongan Australis yang berada di sebelah timur garis
Weber.
Selain itu, Wallace juga membagi wilayah penyebaran tumbuhan dan hewan di dunia ini menjadi enam wilayah, yaitu Australi, Oriental, Paleartik, Neartik, Neotropical, dan Ethiopical.
Selain itu, Wallace juga membagi wilayah penyebaran tumbuhan dan hewan di dunia ini menjadi enam wilayah, yaitu Australi, Oriental, Paleartik, Neartik, Neotropical, dan Ethiopical.
b.
Manusia
Manusia mampu mengubah lingkungan untuk
memenuhi kebutuhan tertentu. Misalnya daerah hutan diubah menjadi daerah
pertanian, perkebunan atau perumahan dengan melakukan penebangan, reboisasi
atau pemupukan. Manusia dapat menyebarkan tumbuhan dari suatu tempat ke tempat
lainnya. Selain itu manusia juga mampu mempengaruhi kehidupan fauna di suatu
tempat dengan melakukan perlindungan atau perburuan binatang. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor manusia berpengaruh terhadap kehidupan flora dan fauna
di dunia ini. Selain faktor tersebut hewan juga memiliki peranan terhadap penyebaran
tumbuhan flora. Misalnya serangga dalam proses penyerbukan, kelelawar, burung,
tupai membantu dalam penyebaran biji tumbuhan. Peranan faktor tumbuh – tumbuhan
adalah untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi
perkembangan kehidupan tumbuh – tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan
faunanya. Contoh bakteri saprofit merupakan jenis tumbuhan mikro yang membantu
penghancuran sampah – sampah di tanah sehingga dapat menyuburkan tanah
- Seleksi
Alam
Seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi
adalah teori bahwa makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan
lingkungannya lama kelamaan akan punah. Yang tertinggal hanyalah mereka yang
mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Dan sesama makhluk hidup akan saling
bersaing untuk mempertahankan hidupnya.
Contoh seleksi alam misalnya yang terjadi
pada ngengat biston betularia. Ngengat biston betularia putih sebelum
terjadinya revolusi industri jumlahnya lebih banyak daripada ngengat biston
betularia hitam. Namun setelah terjadinya revolusi industri, jumlah ngengat
biston betularia putih lebih sedikit daripada ngengat biston betularia hitam.
Ini terjadi karena ketidakmampuan ngengat biston betularia putih untuk
beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Pada saat sebelum terjadinya revolusi
di Inggris, udara di Inggris masih bebas dari asap industri, sehingga populasi
ngengat biston betularia hitam menurun karena tidak dapat beradaptsi dengan
lingkungannya. namun setelah revolusi industri, udara di Inggris menjadi gelap
oleh asap dan debu industri, sehingga populasi ngengat biston betularia putih
menurun karena tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan, akibatnya mudah
ditangkap oleh pemangsanya.
Jadi kami menarik kesimpulan bahwa
persebaran flora dan fauna disebabkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor
tersebut baik dari alam maupun tindakan yang disengaja oleh manusia.
Sumber:
http://ghozaliq.com/2013/07/
http://himageorema.blogspot.
http://geo-mjraymond.blogspot.
http://geografi-geografi.
video
http://www.youtube.com/watch?v=cmCN_HJ3EEQ
http://www.youtube.com/watch?v=kApt6q1zT-4
http://www.youtube.com/watch?v=IbOap559-rs
http://www.youtube.com/watch?v=SsmmAYP1Lzo
http://www.youtube.com/watch?v=SB9PArbHOA4
http://www.youtube.com/watch?v=flNIcTD_1ZA
http://www.youtube.com/watch?v=HOAvNwCjpoI
http://www.youtube.com/watchv=dGlYWceb7RY&list=PLNKhj4fE6me1nrPOdMMcK1SLtz1mOL0xb
http://www.youtube.com/watch?v=dhxNG4wbya8
No comments:
Post a Comment